AboutNewsroom.com – Jika anda menonton film Superman yang baru tayang di Indonesia, anda akan menyadari terjadi perang dua negara fiktif yaitu Boravia yang disupport pemerintah Amerika Serikat melawan Jarhanpur yang hanya bersenjata ala kadarnya. Menurut pengamat film, hal itu terkait dengan agresi Israel ke Palestina.
Siddhant Adlakha dari Mashable berpendapat bahwa negara fiktif Boravia dengan dukungan AS berencana menginvasi negara Jarhanpur yang mempunyai persenjataan ala kadarnya.
“Disengaja atau tidak, premis ini memiliki kemiripan yang tak terelakkan dengan konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung,” ungkap Siddhant Adlakha.
Peran Superman secara langsung mengancam Presiden Boravia yang bersekutu dengan Amerika Serikat. Ini memicu amarah Lex Luthor. Alasannya karena Luthor menjual senjata ke Boravia untuk melakukan agresi ke Jarhanpur.
Selain itu menurutnya, karakter Lex Luthor sebagian didasarkan pada kemiripan dengan karakter Donald Trump dan kini menjadi Elon Musk. Antek-anteknya menjadi versi terselubung dari DOGE dan ICE.
Siddhant juga berpendapat bahwa Superman tergolong film yang sarat isu politik. Lois Lane bersikap biasa saja terhadap Clark di tempat kerja tetapi berkencan dengannya secara pribadi dan mengetahui siapa sebenarnya Superman itu.
Sosok Superman di satu sisi tidak memahami politik, tetapi di sisi lain begitu siap untuk melakukan hal yang benar. Superman membela rakyat Jarhanpur yang mewakili Palestina dan menghancurkan tank-tank Boravia yang merujuk kepada Israel.
Alur cerita Luthor jauh lebih rumit dan lebih kompleks. Dengan izin dari pemerintah AS, menciptakan dimensi semesta saku.
Dalam dimensi semesta saku itu, Luthor berusaha memenjarakan lawan politiknya, termasuk Superman. Alasannya, pahlawan alien itu tidak pantas mendapatkan proses hukum yang seharusnya.
(DM)
Leave a Reply